Pengalaman totalitarianisme, satu ketika, membawa filsuf Barat kepada sebuah labirin. Bagaimana sejak modeniti yang mengajar nalar sebagai sebuah Pencerahan, tapi pada akhirnya nalar itulah yang melahirkan kekejaman, penindasan, kekerasan, dll. Lantaran itu, setelah Perang Dunia ke-II, pesisisme pun lahir. Teori Kritis pada peringkat awal, ternyata sarat dengan pesisisme tersebut. Bahkan, kalau disorot lagi, wacana pesisisme dalam falsafah, sememangnya sudah bermula sekian lama. Ini dapat dilihat dari kalangan kontra-Pencerahan, lewat Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Bataille, dll. Namun, berbeza dengan teman-temannya dalam Mazhab Frankfurt, Jürgen Habermas menanggapi pengalaman ini dengan optimisme. Dengan menilai kembali Kant dan Hegel, juga Marx, maka Habermas menemukan jalan keluar yang begitu men`janjikan.
![](https://rencana.org/wp-content/uploads/2022/07/fa276-58238674_101.jpeg?w=680&h=382&crop=1)